Cari-cari distraction...
Biasanya dilakukan untuk mengalihkan perhatian dari yang kita fokuskan sekarang, baik itu fokus yang sesuai kemauan, maupun fokus yang diluar kemauan. Distraction bisa mulai dicari dari hal yang sangat simpel sekalipun.
Yapp.. mulai dari men-distract pikiran sendiri dulu. Coba pikirkan apa saja, selain sesuatu yang kita ingin hilangkan dari pikiran kita. Apa aja deh, mau jus tomat atau sepatu sendal bolong. Semakin gak penting objeknya, biasanya akan semakin efektif. Mungkin hal ini ga biasa diterapkan oleh semua orang karena kita mencoba cari distraction tanpa alat bantu.
Maka kita beralih menggunakan alat bantu.
Musik..musik..musik..
Menurut gw musik adalah tool yang paling simpel dan berkompeten untuk menciptakan distraction. Musik itu lebih ringan untuk dicerna dibandingkan kalau kita baca buku atau nonton film. Dan efeknya? jauh lebih instan dibandingkan alat bantu lainnya. Gw rasa musik juga dapat memanipulasi mood dan pikiran gak kalah cepatnya.
Jangan lupa, musik yang didengar juga harus sesuai kebutuhan men-distract. Kalau lagi pengen cari distraction untuk tidak memikirkan seseorang, ya jangan dengerin yang mellow-mellow gitu, cari yang up beat atau membangkitkan (Indonesia Raya juga boleh !).
Oke, ga semua orang suka dan gampang termanipulasi oleh musik. Kita beralih ke interaksi sosial.
Disini gw bicara tentang interaksi yang beneran. Tatap muka, bukan chatting, sms, atau telponan. Kenapa gw exclude yang itu? karena hal-hal tersebut tidak mengubah keadaan kalau anda sebenarnya tetap sendiri. Kita ga akan ngerasain atmosphere seperti kalau kita tatap muka langsung. Interaksi langsung memiliki banyak kelebihan, terutama kalau lebih rame.
Kita bisa saja melontarkan jokes yang tentunya dilanjutkan dengan haha-hihi. Ya, disini gw lebih emphasise ke haha-hihi karena hal itu cukup manipulatif. Nah, haha-hihi secara langsung ini jauh lebih memuaskan ketika kita berinteraksi secara langsung ketimbang haha-hihi dibelakang monitor atau handphone.
Sayangnya menurut gw, interaksi sosial ini bisa menjadi gak efektif karena nantinya kita bisa merasakan perbedaan suasana ketika ngumpul dan pasca ngumpul. Kita bisa aja malah jadi merasa 'ada yang hilang' kalau kita sendirian lagi pasca interaksi.
//OOT dulu.
Selain mengalihkan, ada alternatif lain yaitu meredam. Untuk non-atheis, gw pikir ga ada cara yang lebih baik selain beribadah.
//ends
Cukup bullshitting-nya.
Beralih ke pengalaman gw..
Dalam interval waktu tertentu, kondisi gw bisa aja fruktuatif. Ga jarang gw butuh distraction untuk kembali menjernihkan pikiran. Berikut beberapa upaya distracting yang gw pernah lakukan belakangan ini:
1. Mikirin 'telor sama ayam duluan mana' untuk mengalihkan pikiran dari seseorang, ga jauh-jauh dari cewe lah.
2. Dengerin lagu-lagu sesuai kebutuhan. Mungkin dengerin genre post-rock, shoegaze, downtempo kalau lagi butuh menstabilkan mood yang meluap-luap. Genre alternative rock, electronic, eksperimental, dan yang revival lainnya untuk sebaliknya.
3. Ngumpul rame-rame untuk mengalihkan kekecewaan, tekanan yang bukan merupakan tanggung jawab, dll. Bahkan hanya cuma ngamper di Circle K pun, itu juga sudah membantu. Bisa juga diisi kegiatan lainnya seperti nonton atau makan-makan selama feel untuk haha-hihi masih dapet.
4. Jalan berdua atau bertiga untuk menghindari kejenuhan dari rutinitas, walaupun terkadang ada niat lain juga. Dengan personil segitu, pembicaraan atau jokes tentunya akan lebih intense. Sampai gw sempet dianggap nyolot sama salah satu temen akibat jokes yang terlalu intense.
5. Merhatiin pelajaran di kelas dengan seriusnya juga untuk mengalihkan kekecewaan. Jangan salah, dengan merhatiin pelajaran gw bisa gabung dengan anak lain untuk ngerjain latihan. Nah, approach gw itu adalah haha-hihi di sela-sela excercise.
That's it !
Semuanya tetep kembali ke diri masing-masing. Apakah dia mau ikutin flow? me-resist situasinya dia sekarang? atau beralih cari-cari distraction?